Jangan Dibaca

Lho kog masih dibaca juga...
mungkin itu merupakan salah satu diantara efek dari larangan/bahasa negatif yang sering kita gunakan.Suatu ketika, saya meminta tolong kepada salah satu teman untuk menyimpan sebuah dokumen penting. Saya memberi pesan agar dokumen saya jangan dihilangkan. Tapi apa yang tejadi kemudian. Ya benar, ternyata dokumen saya dihilangkan, yang artinya berkebalikan dengan pesan saya. Mungkin kejadian tersebut tidak terjadi jika saya menggunakan kata Ustadzah tolong disimpan yaa..

Mungkin anak-anak kita juga begitu, ketika kita melarangnya anak-anak justru melakukan hal yang kita larang tersebut. Sebagai contoh larangan untuk tidak berlari di koridor sekolah, sering sekali saya temui teguran dengan bahasa jangan berlari. Tapi anak-anak masih saja menghiraukan teguran tersebut. Mungkin efektif jika menggunakan ajakan untuk berjalan di koridor.wallohu a'lam

Semoga kita bisa mengubah kebiasaan melarang menggunakan bahasa negatif dengan kebiasaan ajakan menggunakan bahasa positif.

Buat Aisyah: Semoga Alloh memberi kesembuhan dan kesehatan.

Komentar

  1. Lingkaran saraf otak kita dibentuk oleh pola asuh kata-kata negatif dan bukan positif.
    Dan saat kita mengasuh mereka otak bawah sadar kita mendahului lidah kita. Berarti Ini behubungan dengan kesadaran berbicara. Kita lebih suka berbicara lalu berpikir dari pada berpikir kemudian berbicara.

    BalasHapus
  2. Tetapi, kita akan temui banyak tulisan di tempat-tempat terbuka (umum) dengan judul "Perhatian" atau "Awas" atau "Pengumuman" justeru tidak dibaca oleh orang yang lalu-lalang di dekatnya.
    Kita bisa coba membuat anjuran dengan: Jangan Dibaca! Berjalanlah di Koridor, Bukan Berlari! Jangan Dibaca (saja), tetapi Kerjakan!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemilu di SDIT Insan Kamil Sidoarjo

Matematika